PENGARUH KONSUMSI MADU TERHADAP PENURUNAN RISIKO PENYAKIT ATEROSKLEROTIK KORONER
Dina Fitri Fauziah (0910311018)
.
Dewasa ini, penyakit aterosklerotik koroner, atau yang lebih sering
disebut dengan penyakit jantung koroner (PJK), telah dikenal sebagai
penyebab utama kematian dan kecacatan di negara maju dan berkembang.
Berbagai penelitian telah dikembangkan guna menemukan metode pencegahan
dan pengobatan yang efektif bagi penyakit ini. Hingga beberapa waktu
belakangan, timbul hipotesis bahwa madu dapat menurunkan faktor risiko
penyakit aterosklerotik koroner.Menurut Ziaur (2010), madu merupakan cairan manis yang dibuat oleh serangga tertentu, terutama lebah, di sarangnya dengan menggunakan nektar dari bunga atau bagian tanaman sebagai bahan pokoknya. Menurut Price dan Wilson (2004:576), istilah aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani, yang berarti penebalan tunika intima arteri (sclerosis berarti penebalan) dan penimbunan lipid (athere berarti pasta) yang mencirikan lesi yang khas. Secara morfologi, aterosklerosis terdiri atas lesi-lesi fokal yang terbatas pada arteri-arteri muskular dan jaringan elastik berukuran besar dan sedang, seperti arteri koronaria. Arteri koronaria adalah percabangan pertama sirkulasi sistemik. Efisiensi jantung sebagai pompa bergantung pada nutrisi dan oksigenasi otot jantung yang dipasok melalui sirkulasi koroner ini (Price dan Wilson, 2004:523).
Penimbunan lipid, yang diikuti dengan penimbunan jaringan fibrosa, dalam arteri koronaria akan memersempit lumen pembuluh darah secara progresif. Lumen yang menyempit akan meningkatkan resistensi terhadap aliran darah ke miokardium. Jika penyakit ini berlanjut, penyempitan lumen akan diikuti pula oleh berkurangnya kemampuan pembuluh untuk melebar. Dengan demikian, keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan oksigen menjadi tidak stabil sehingga membahayakan miokardium yang terletak di sebelah distal dari daerah lesi (Price dan Wilson, 2004:578).
Telah ditemukan beberapa faktor risiko yang meningkatkan kerentanan terjadinya penyakit aterosklerotik koroner pada individu tertentu. Di antaranya adalah tiga faktor risiko biologis yang tidak dapat diubah, yaitu usia, jenis kelamin laki-laki, dan riwayat keluarga. Namun, selain faktor risiko yang tidak dapat diubah tersebut, juga terdapat faktor risiko lainnya yang dapat diubah, sehingga berpotensi memperlambat proses aterogenik. Faktor risiko utama yang dapat diubah adalah peningkatan kadar lipid serum (hiperlipidemia), hipertensi, merokok, diabetes mellitus, gaya hidup yang tidak aktif, obesitas (terutama tipe abdominal), dan peningkatan kadar homosistein. (Price dan Wilson, 2004:579-580).
Lipid plasma (yaitu: kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak) berasal dari makanan (eksogen) dan dari sintesis lemak (endogen). Istilah hiperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol dan/atau trigliserida serum di atas batas normal (Price dan Wilson, 2004:580). Jenis lipid yang memiliki peran utama dalam proses aterosklerosis adalah LDL (Low Density Lipoprotein) teroksidasi (Price dan Wilson, 2004:586).
Selain hiperlipidemia, hiperhomosisteinemia juga merupakan faktor risiko utama dalam proses aterosklerosis dini. Peningkatan homosistein plasma sebesar 12% ditemukan pada sepertiga pasien aterosklerosis, yang menyebabkan peningkatan risiko infark miokard tiga kali lebih besar (http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?id=4570).
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, LDL teroksidasi dapat mempercepat terjadinya proses aterosklerosis pada arteri koronaria. Dengan demikian, pencegahan aterosklerosis ini dapat dilakukan dengan menghambat oksidasi LDL menggunakan antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan, salah satunya madu. Kandungan antioksidan fenolat dalam madu memiliki daya aktif yang tinggi dan dapat meningkatkan perlawanan tubuh terhadap tekanan oksidasi tersebut.
Selain itu, studi awal yang diterbitkan dalam “Journal of Medicinal Food” (2004;1:100-7) memperkuatkan hipotesis bahwa mengkonsumsi madu secara teratur dapat mengurangi resiko penyakit jantung. Studi penelitian ini dilakukan terhadap lima sampai sembilan orang dalam tujuh percobaan. Dalam masing-masing percobaan dilakukan tes darah sebelum dan sesudah meminum larutan yang mengandung madu, glukosa, dan madu buatan (mengandung setengah sukrosa dan setengah fruktosa). Dari hasil percobaan, orang yang mengkonsumsi larutan madu mengalami penurunan tingkat kolesterol, LDL, dan trigliserida. Tetapi, hal ini tidak terjadi pada orang meminum larutan glukosa dan madu buatan. Setelah 15 hari percobaan, kadar HDL (High Density Lipoprotein) atau “lemak baik” orang yang mengonsumsi madu meningkat dan tingkat homosisteinnya menurun. Hasil riset studi ini merekomendasikan bahwa madu mempunyai efek yang positif bagi penderita penyakit jantung. Namun, perlu dicatat bahwa madu yang mempunyai khasiat penyembuhan yang efektif hanyalah madu murni (http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/04/25/madu-dapat-mencegah-sakit-jantung/).
Menurut Sulaiman (2010), untuk tujuan pengobatan, dianjurkan mengonsumsi seratus gram madu sehari dan maksimal dua ratus gram. Dengan syarat, dalam sehari tidak diperbolehkan mengonsumsi gula sama sekali. Pengonsumsian madu yang berlebihan diduga dapat menyebabkan diabetes mellitus tipe II. Sebaiknya, madu dalam dosis tersebut dibagi menjadi:
• Pagi : 30-60 gram
• Siang : 40-80 gram
• Sore : 30-60 gram
Jadi, madu dapat menurunkan risiko penyakit aterosklerotik koroner dengan menghambat oksidasi LDL serta dengan menurunkan kadar lipid serum dan homosistein.
Masyarakat Indonesia sebaiknya mengonsumsi madu dengan teratur sebagai salah satu cara untuk menjaga kesehatan jantung dengan cara yang efisien, inovatif, dan efektif serta mudah untuk diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. “Khasiat Madu bagi Kesehatan”. http://ruangmuslim.com/jejaring/groups/viewbulletin/83-Khasiat+Madu+Bagi+Kesehatan.html?groupid=80 . 30 September 2010, 23:04 WIB.
Anonim. 2010. “Madu: Dapat Mencegah Penyakit Jantung”. http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/04/25/madu-dapat-mencegah- sakit-jantung/. 16 September 2010, 08:18 WIB.
Anonim. 2009. “Antioksidan dan Kesehatan”. http://kesehatan.kompasiana.com/group/medis/2009/12/30/antioksidan-dan- kesehatan/. 30 September 2010, 22:25 WIB.
Anonim. 2009. “Kandungan Madu”. http://www.madupropolis.com/kandungan-madu/. 11 Agustus 2010, 21:03 WIB.
Anonim. 2007. “Identifikasi Risiko dan Gejala Penyakit Jantung Koroner”. http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?id=4570. 30 September 2010, 23.15 WIB.
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty
Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit,
terj. Brahm U. Pendit. Edisi ke-6. Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.
Prima, Yuniarti. 2009. “Khasiat Madu Bagi Kesehatan”. http://www.voa-islam.com/muslimah/health/2009/07/11/243/khasiat-madu-bagi-kesehatan/. 11 Agustus 2010, 21:03 WIB.
Sulaiman, Shubhi. 2010. Terapi dengan Madu. Surakarta: Thibbia.
No comments:
Post a Comment